Minggu, 12 April 2020

mikroorganisme dalam tanah


MIKROORGANISME YANG BERMANFAAT BAGI TANAMAN

TUGAS

Disusun oleh :
ALI MUHSIN
17.54211.000512





JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN
2019

 


1. Rhizobium SP
Judul jurnal: PENGARUH PENGGUNAAN RHIZOBIUM DAN PENAMBAHAN MULSA ORGANIK JERAMI PADI PADA TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine max (L) Merril) VARIETAS DETAM 1
Oleh : Rizky Ratna Fatma Sari*), Nurul Aini dan Lilik Setyobudi
Analisis jurnal:
Penelitian dilaksanakan di desa Kedungmaling, kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.  Ketinggian tempat pada lokasi penelitian 33 mdpl, dengan suhu  harian berkisar antara 27ÂșC dan curah hujan 538,8 mm per tahun. Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan sehingga diperoleh 24 satuan perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari P1=kontrol, P2=Mulsa jerami padi, P3= Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih kedelai, P4=Rhizobium dengan dosis 3 gr kg-1 benih kedelai, P5= Mulsa jerami padi dan Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih kedelai dan P6= Mulsa jerami padi dan Rhizobium dengan dosis 3 g kg-1 benih kedelai. Dalam penelitian ini dilakukan  pengamatan pertumbuhan destruktif, non destruktif dan pengamatan lingkungan.
Pada variabel bobot biji per tanaman, bobot biji per petak panen dan potensi hasil per hektar menunjukkan hasil rata-rata perlakuan P5 (Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih kedelai dan jerami padi) yang tertinggi. Hal ini disebabkan pada tanaman kedelai hitam perlakuan P5 (Inokulasi Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih kedelai dan jerami padi) mempunyai batang tanaman yang tinggi sehingga tanaman kedelai memiliki banyak buku atau ketiak daun yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga yang akhirnya menjadi polong, ketiak daun merupakan sudut antara batang dan daun, hal ini sesuai dengan pendapat Purwono dan Purwanti (2007) dan begitu juga dengan pendapat Jumini dan Hayati (2010) bahwa diduga berkaitan dengan cukup tersedianya suplai N dari hasil simbiosis antara bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai sehingga mempengaruhi fase generatif tanaman terutama pembentukan polong dan perkembangan biji.

Dari data di atas perlakuan 5 (Inokulasi Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih kedelai dan jerami padi) memiliki rata rata hasil yang paling tinggi . maka dapat di simpulkan pemberian inokulasi Rhizobium dan mulsa jerami dapat memberikan hasil yang di antara perlakuan yang lain. Pemberian Rhizobium saja tanpa mulsa jerami juga kurang efektif tapi di banding dengan kontrol pemberian Rhizobium hasilnya lebih tinggi. Dari jurnal ini di harapkan ada penelitian lagi tentang apakah semakin banyak pemberian inokulasi Rhizobium maka hasil semakin tinggi?

2. Mikoriza dan Azospirillum sp
Judul jurnal : Pemacuan Pertumbuhan Melon ( Cucumis melo L.) dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Bakteri Azospirillum sp
Oleh : Dwi Guntoro1*, M.A. Chozin1, Budi Tjahjono2, dan Irdika Mansur3
Analisis:
Percobaan  disusun  dalam  rancangan  acak  lengkap dengan  5  perlakuan,  yaitu  kontrol  (tanpa  pemupukan), pemupukan NPK, inokulasi dengan CMA, inokulasi dengan Azospirillum sp., dan inokulasi dengan CMA + Azospirillum sp. Setiap perlakuan diulang 5 kali. Data  dianalisis  menggunakan analysis  of  variance (ANOVA) dan uji lanjut beda nilai terkecil (BNT) pada taraf 5%, sedangkan data hasil organoleptik dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan uji lanjut Dunn pada taraf 5%.
Hasil   menunjukkan   bahwa   baik   CMA   maupun Azospirillum sp. dapat meningkatkan tinggi tanaman melon. Inokulasi Azospirillum sp memliki tingkat yang lebih tinggi dari inokulasi CMA karena inokulasi azospirillum sp menambat unsur N dan menhasilkan hormon IAA, sedangkan CMA berfungsi meningkatkan penyerapan unsur hara P sehingga dari segi aroma lebih harum CMA,Kemampuan
CMA  untuk  meningkatkan  aroma  buah,  diduga  karena tambahan  senyawa volatil  lain,  yaitu cyclohexenone  yangmenyebabkan  aroma  pada  buah  dan  bunga.  Senyawa  ini dihasilkan saat tanaman membentuk senyawa strigolactone
yang  merupakan  signal  untuk  bersimbiosis  dengan CMA(Walteretal.,2010). inokulasi Azospirillum sp. dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman melon. Baik  CMA,Azospirillum sp. Azospirillum sp. meningkatkan kolonisasi CMA pada akar  melon,  sehingga  menyebabkan  perlakuan  CMA  + Azospirillum sp. memiliki kolonisasi CMA yang lebih tinggi dibandingkan  dengan  perlakuan  CMA maupun  inokulasi  CMA  dan Azospirillum sp.  secara  bersamaan  dapat  meningkatkan bobot  buah,  diameter  buah,  aroma  dan  umur  simpan  buah melon  pada  suhu  ruang,  sehingga  pemanfaatan  CMA  dan Azospirillum sp.  sebagai  pupuk  hayati  dalam  budidaya tanaman melon akan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan pemupukan secara konvensional




3.  Pseudomonas sp
Judul jurnal: Pengaruh aplikasi bacillus sp. dan pseudomonas sp. terhadap perkembangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen peronosclerospora maydis pada tanaman jagung
Penulis : Wiwik Jatnika, Abdul Latief Abadi dan Luqman Qurata Aini
Analisis:
Bulai merupakan penyakit penting pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis, dengan tingkat serangan mencapai 95%.Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. diketahui merupakan mikroorganisme antagonis. Bakteri ini mampu menghasilkan senyawa antibiosis seperti enzim kitinase yang dapat menghidrolisis dinding sel jamur, sideropore, dan antibiotik lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan patogen.
Gejala penyakit bulai mulai terlihat pada pengamatan 7 hari setelah inokulasi. Isolat Bacillus sp. dan isolat Pseudomonas sp. dapat menekan serangan penyakit bulai. Pbakteri antagonis mampu menekan serangan penyakit bulai isolat Bacillus sp. 16% hingga 17% dan isolat Pseudomonas sp. 33% hingga 50%, serta fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50% mampu menekan serangan penyakit bulai 87% dibanding kontrol (POB). Hal ini sama dengan penelitian ElMersawy, (2000) bahwa Bacillus sp. dapat mengurangi persentase serangan Downy mildew. Mekanisme pengendalian penyakit oleh golongan bakteri bersifat langsung dan tidak langsung. Perlakuan bakteri antagonis seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dapat memberikan sistem pertahanan (bioprotektan), karena bakteri ini dapat mengeluarkan senyawa antibiosis yang mampu memberikan sinyal terhadap tanaman yang terserang agar melakukan pertahanan diri.
Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. termasuk bakteri filosfer yaitu bakteri yang berada pada permukaan tanaman dan berpotensi sebagai biokontrol.  Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. juga sejauh ini diketahui mampu hidup pada filosfer dengan rata-rata populasi 106 – 107 sel/cm2 atau 108 sel/gram daun (Lindow dan Brandl, 2003). bahwa PGPR seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu memberikan pengaruh langsung yaitu dapat memicu pertumbuhan tanaman (biostimulan), sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu bakteri mampu menghambat pertumbuhan mikroba merugikan seperti penyebab penyakit (patogen tumbuhan). Oleh karena itu, tanaman yang diberikan perlakuan bakteri antagonis memiliki hasil tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol (POB)

Daftar pustaka:






Tidak ada komentar:

Posting Komentar