MIKROORGANISME YANG BERMANFAAT BAGI TANAMAN
TUGAS
Disusun
oleh :
ALI MUHSIN
17.54211.000512
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MERDEKA PASURUAN
2019
1. Rhizobium SP
Judul
jurnal: PENGARUH PENGGUNAAN RHIZOBIUM
DAN PENAMBAHAN MULSA ORGANIK JERAMI PADI PADA TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine
max (L) Merril) VARIETAS DETAM 1
Oleh
: Rizky Ratna Fatma Sari*), Nurul Aini dan Lilik Setyobudi
Analisis
jurnal:
Penelitian
dilaksanakan di desa Kedungmaling, kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Ketinggian tempat pada lokasi penelitian 33
mdpl, dengan suhu harian berkisar antara
27ÂșC dan curah hujan 538,8 mm per tahun. Pada penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan
sehingga diperoleh 24 satuan perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari
P1=kontrol, P2=Mulsa jerami padi, P3= Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih
kedelai, P4=Rhizobium dengan dosis 3 gr kg-1 benih kedelai, P5= Mulsa jerami
padi dan Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih kedelai dan P6= Mulsa jerami
padi dan Rhizobium dengan dosis 3 g kg-1 benih kedelai. Dalam penelitian ini
dilakukan pengamatan pertumbuhan
destruktif, non destruktif dan pengamatan lingkungan.
Pada
variabel bobot biji per tanaman, bobot biji per petak panen dan potensi hasil
per hektar menunjukkan hasil rata-rata perlakuan P5 (Rhizobium dengan dosis 5 g
kg-1 benih kedelai dan jerami padi) yang tertinggi. Hal ini disebabkan pada
tanaman kedelai hitam perlakuan P5 (Inokulasi Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1
benih kedelai dan jerami padi) mempunyai batang tanaman yang tinggi sehingga
tanaman kedelai memiliki banyak buku atau ketiak daun yang akan menjadi tempat
tumbuhnya bunga yang akhirnya menjadi polong, ketiak daun merupakan sudut
antara batang dan daun, hal ini sesuai dengan pendapat Purwono dan Purwanti
(2007) dan begitu juga dengan pendapat Jumini dan Hayati (2010) bahwa diduga
berkaitan dengan cukup tersedianya suplai N dari hasil simbiosis antara bakteri
Rhizobium dengan tanaman kedelai sehingga mempengaruhi fase generatif tanaman
terutama pembentukan polong dan perkembangan biji.
Dari
data di atas perlakuan 5 (Inokulasi Rhizobium dengan dosis 5 g kg-1 benih
kedelai dan jerami padi) memiliki rata rata hasil yang paling tinggi . maka
dapat di simpulkan pemberian inokulasi Rhizobium dan mulsa jerami dapat
memberikan hasil yang di antara perlakuan yang lain. Pemberian Rhizobium saja
tanpa mulsa jerami juga kurang efektif tapi di banding dengan kontrol pemberian
Rhizobium hasilnya lebih tinggi. Dari jurnal ini di harapkan ada penelitian
lagi tentang apakah semakin banyak pemberian inokulasi Rhizobium maka hasil
semakin tinggi?
2. Mikoriza dan Azospirillum sp
Judul
jurnal : Pemacuan Pertumbuhan Melon ( Cucumis melo L.) dengan Cendawan
Mikoriza Arbuskula dan Bakteri Azospirillum sp
Oleh : Dwi Guntoro1*,
M.A. Chozin1, Budi Tjahjono2, dan Irdika Mansur3
Analisis:
Percobaan disusun dalam
rancangan acak lengkap dengan 5
perlakuan, yaitu kontrol
(tanpa pemupukan), pemupukan NPK,
inokulasi dengan CMA, inokulasi dengan Azospirillum sp., dan inokulasi dengan
CMA + Azospirillum sp. Setiap perlakuan diulang 5 kali. Data
dianalisis menggunakan analysis of
variance (ANOVA) dan uji lanjut beda nilai terkecil (BNT) pada taraf 5%,
sedangkan data hasil organoleptik dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan uji
lanjut Dunn pada taraf 5%.
Hasil menunjukkan bahwa
baik CMA maupun Azospirillum sp. dapat meningkatkan
tinggi tanaman melon. Inokulasi
Azospirillum sp memliki tingkat yang lebih tinggi dari inokulasi CMA karena
inokulasi azospirillum sp menambat unsur N dan menhasilkan hormon IAA,
sedangkan CMA berfungsi meningkatkan penyerapan unsur hara P sehingga dari segi
aroma lebih harum CMA,Kemampuan
CMA untuk meningkatkan
aroma buah, diduga
karena tambahan senyawa volatil lain,
yaitu cyclohexenone yangmenyebabkan aroma
pada buah dan
bunga. Senyawa ini dihasilkan saat tanaman membentuk senyawa
strigolactone
yang merupakan signal
untuk bersimbiosis dengan CMA(Walteretal.,2010). inokulasi Azospirillum sp. dapat
meningkatkan pertumbuhan akar tanaman melon. Baik CMA,Azospirillum sp. Azospirillum sp. meningkatkan
kolonisasi CMA pada akar melon, sehingga
menyebabkan perlakuan CMA + Azospirillum
sp. memiliki kolonisasi CMA yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan CMA maupun inokulasi
CMA dan Azospirillum sp. secara
bersamaan dapat meningkatkan bobot buah,
diameter buah, aroma
dan umur simpan
buah melon pada suhu
ruang, sehingga pemanfaatan
CMA dan Azospirillum sp. sebagai
pupuk hayati dalam
budidaya tanaman melon akan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan
pemupukan secara konvensional
3. Pseudomonas sp
Judul jurnal: Pengaruh aplikasi bacillus sp. dan pseudomonas
sp. terhadap perkembangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen
peronosclerospora maydis pada tanaman jagung
Penulis : Wiwik Jatnika, Abdul
Latief Abadi dan Luqman Qurata Aini
Analisis:
Bulai merupakan
penyakit penting pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur patogen
Peronosclerospora maydis, dengan tingkat serangan mencapai 95%.Bacillus sp. dan
Pseudomonas sp. diketahui merupakan mikroorganisme antagonis. Bakteri ini mampu
menghasilkan senyawa antibiosis seperti enzim kitinase yang dapat
menghidrolisis dinding sel jamur, sideropore, dan antibiotik lainnya yang dapat
menghambat pertumbuhan patogen.
Gejala penyakit
bulai mulai terlihat pada pengamatan 7 hari setelah inokulasi. Isolat Bacillus
sp. dan isolat Pseudomonas sp. dapat menekan serangan penyakit bulai. Pbakteri
antagonis mampu menekan serangan penyakit bulai isolat Bacillus sp. 16% hingga
17% dan isolat Pseudomonas sp. 33% hingga 50%, serta fungisida berbahan aktif
Dimetomorf 50% mampu menekan serangan penyakit bulai 87% dibanding kontrol
(POB). Hal ini sama dengan penelitian ElMersawy, (2000) bahwa Bacillus sp.
dapat mengurangi persentase serangan Downy mildew. Mekanisme pengendalian
penyakit oleh golongan bakteri bersifat langsung dan tidak langsung. Perlakuan
bakteri antagonis seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dapat memberikan
sistem pertahanan (bioprotektan), karena bakteri ini dapat mengeluarkan senyawa
antibiosis yang mampu memberikan sinyal terhadap tanaman yang terserang agar
melakukan pertahanan diri.
Bacillus sp.
dan Pseudomonas sp. termasuk bakteri filosfer yaitu bakteri yang berada pada
permukaan tanaman dan berpotensi sebagai biokontrol. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. juga sejauh
ini diketahui mampu hidup pada filosfer dengan rata-rata populasi 106 – 107
sel/cm2 atau 108 sel/gram daun (Lindow dan Brandl, 2003). bahwa PGPR
seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu memberikan pengaruh langsung
yaitu dapat memicu pertumbuhan tanaman (biostimulan), sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu bakteri mampu menghambat pertumbuhan mikroba merugikan seperti
penyebab penyakit (patogen tumbuhan). Oleh karena itu, tanaman yang diberikan
perlakuan bakteri antagonis memiliki hasil tinggi tanaman yang lebih baik
dibandingkan dengan kontrol (POB)
Daftar
pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar